Kategori

Friday, May 20, 2011

Mengambil hikmah dari Korea

Korea adalah sebuah negeri kecil di Asia Timur. Luasnya kurang lebih sama dengan pulau Jawa. Alamnya miskin. Hampir tak ada kekayaan alam yang bisa dinikmati. Buah-buahan sangat sedikit macamnya, dan tak bisa matang sempurna dan manis karena cahaya matahari tak secerah di Indonesia. Buah kesemek saja harganya mahal, padahal di Indonesia dibuang. Kekayaan lautnya juga minim.Tak banyak macam ikannya. Sampai-sampai ikan banyak durinya pun dimakan. Untuk memenuhi kebutuhan konsumsi ikan, kabarnya kapal mereka juga suka mancing ikan dan udang di laut Arafuru. Namun dengan segala 'kemiskinannya' itu Korea bukanlah negara yang miskin. Ya mereka memang pernah miskin, tapi itu cerita jaman dulu. Saat ini mereka termasuk negara maju. Negeri ini juga dikenal sebagai macan asia karena perkembangan ekonominya begitu pesat. Kira2 apa ya penyebabnya?


Kerja Keras
Semangat kerja keras korea memang sudah begitu terkenal. Di saat yang sama juga ada mitos jamu ginseng. Yang kabarnya bisa membuat tubuh kuat. Terus terang ini hanya mitos. Karena kuatnya orang korea dalam bekerja bukan karena ginseng. Ginseng hanya minuman orang-orang tua, sedangkan anak muda lebih suka minuman berkarbonat :) Orang korea biasa bekerja sekitar 12-14 jam. Yang bekerja di dunia pendidikan atau riset lebih lama dari itu. Mereka bisa bekerja keras karena sudah terbiasa dan tuntutan hidup. Mereka terbiasa karena lingkungan, yang telah membiasakan mereka untuk bekerja keras sejak kecil. Dan di saat yang sama mereka juga dituntut bekerja keras atau kalau tidak, akan menjadi orang yang hidupnya sulit karena kebutuhan hidup di korea termasuk mahal di dunia. Gabungan antara kebiasaan dan tuntutan ini tampak pula pada kebiasaan orang-orang manula. Mereka kadang mengisi waktunya dengan bekerja mencari barang bekas untuk dijual kembali. 

Kesungguhan dalam Proses
Korea sadar bahwa mereka punya keterbatasan dalam sumber daya. Hal ini memaksa mereka untuk melakukan proses yang terbaik untuk memaksimalkan potensi yang ada. Lihat saja tim sepak bola mereka. Tak perlu buat mereka mengimpor pemain asing untuk menguatkan timnas. Mereka punya prestasi kelas dunia, meskipun mereka hanya punya SDM yang sedikit. Mereka cukup mengandalkan SDM lokal tapi dipoles dengan latihan yang terukur. Proses latihan inilah yang membuat mereka menjadi tim yang handal. Kalau kita lihat klub sepak bola level kampung di Korea dan Indonesia, punya Indonesia jauh lebih baik. Tak bisa saya pungkiri, cara bermain bola mereka membuat saya geli. Sedikit sekali ada kocekan bola atau tendangan pisang di lapangan sepak bola. Mereka hanya mengandalkan tendangan ke depan, ya asal ditendang ke depan :D. Ini menunjukkan sebenarnya potensi kita jauh lebih baik dari mereka. Bagaimana dengan bidang lain? sudah pasti mereka juga melakukan hal yang sama. Prosentase orang sekolah jauh lebih banyak dari negeri kita, 97% penduduk korea lulus SMA. Sekali lagi mereka ingin bersungguh-sungguh untuk memproses semua SDM yang mereka miliki agar menjadi SDM unggul. Bukan dengan mengandalkan proses seleksi lalu dipoles dengan minimal. Tapi sebaliknya, proses maksimal, seleksi minimal. Bisa jadi mereka punya filosofi pendidikan: murid yang gagal disebabkan oleh guru yang gagal. Oleh sebab itu mereka sangat menghargai para pendidik dalam artian luas yaitu orang yang bisa mengajari. 

NIS (National Innovation System)
Kemampuan Korea untuk mengembangkan teknologi patut diacungi jempol. Mereka baru memulai industrialisasi sekitar 60an. Dalam rentang 40thn, mereka sudah bisa menyamai negara-negara maju lainnya. Bagaimana bisa terjadi? mereka merumuskan kebijakan transfer teknologinya dalam rencana jangka panjang yang realistis yang dituangkan dalam NIS. Mereka memulai proses transfer teknologi dengan reverse engineering alias menjiplak produk asing. Setelah punya kemampuan menjiplak, kemampuan inovasinya ditingkatkan untuk mengembangkan produk itu. Lebih lanjut, produk itu menjadi pesaing produk awal yang dijiplak. Proses ini terus ditingkatkan hingga membuat target untuk memproduksi barang berorientasi ekspor. Dengan cara itu mereka berupaya bersaing dengan produk asing yang unggul. Dana penelitian pun digelontorkan dari pihak pemerintah secara besar-besaran. Secara bertahap setelah industri mulai menikmati hasil penelitian, pemerintah mengurangi dana riset dan pihak industri yang mendanai sendiri. Pihak industri sudah sadar sendiri bahwa mereka butuh penelitian untuk membuat produk yang lebih baik. Bukan sekedar penelitian tapi memang berorientasi produksi.

Semangat Kemandirian
Korea bisa maju dengan salah satu modalnya yaitu semangat kemandirian. Salah satu presiden Korea pernah dikisahkan terkesima dengan salah satu ayat Alquran: Allah tak akan merubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang merubahnya. Sekalipun banyak orang korea yang tidak punya agama, tapi keyakinan terhadap ide ini sangat kuat. Bagi yang pernah ke Korea akan merasakan bagaimana produk dalam negeri begitu mendominasi. Baik itu barang mewah sampai barang sepele, dari mobil sampai perangkat toilet. Termasuk pula bantuan asing. Penolakan terhadap bantuan asing begitu kuat bahkan ketika negeri itu masih miskin di tahun 60an. Mereka sangat selektif memilih jalan menerima bantuan. Karena mereka sadar bahwa tak ada bantuan yang gratis. Semua bantuan ada kompensasinya. Mereka biasa berkomentar barang cina murah karena gampang rusak dan barang jepang terlalu mahal :) ujung-ujungnya produk merekalah yang terbaik.

Akhirnya, mari kita cari hikmah dari mana saja untuk kemajuan negeri kita.
Selamat Bekerja! 

No comments:

Post a Comment