Kategori

Monday, May 2, 2011

Mematikan lampu tidak selalu berarti penghematan


Lampu Flourescent atau yang biasa disebut lampu TL dan LHE telah populer di masyarakat. Dengan watt yang sama, lampu TL lebih terang dibanding lampu pijar, dan LHE lebih terang dari TL. Kelebihan teknologi lampu LHE lainnya adalah bentuk yang menarik dan cahaya lebih putih. Selain menggunakan peralatan tersebur, juga ada saran paling sederhana dalam penghematan energi yaitu mematikan peralatan yang digunakan. Di beberapa gedung perkantoran juga ada yang dilengkapi sensor untuk mematikan lampu bila di ruangan/lorong gedung tidak ada orang. Tapi benarkah dengan mematikan lampu akan selalu menghemat kantong?


Persepsi tentang energi yang tidak tepat
Sebelum menjawab pertanyaan diatas ada persepsi tentang enegi yang tidak tepat. Ada yang menduga bahwa sering mematikan dan menyalakan lampu justru tidak hemat. Persepsi ini berdasar alasan bahwa seringkali sekring (circuit breaker) bekerja saat ada alat yang dinyalakan. Sehingga disimpulkan bahwa perlu energi besar untuk menyalakan peralatan. Persepsi ini tidak benar. Sekring bekerja berdasarkan besar arus. Saat alat dinyalakan umumnya mengambil arus yang besar dalam waktu sesaat, mungkin melebihi batas arus sekring. Bila hal ini terjadi maka sekring bekerja. Tetapi energinya tidaklah besar karena hanya terjadi sesaat. Perlu diingat bahwa energi adalah arus x tegangan x waktu. Jadi sudah jelas bahwa dengan mematikan lampu dan menyalakan kembali saat dibutuhkan akan jelas menghemat energi. Tapi bagaimana pengaruh menyalakan dan mematikan lampu terhadap umur lampu?

Umur lampu 
Pada lampu TL, terdapat elektroda dan ballast yang berfungsi untuk menyalakan tabung lampu. Setiap kali di-start maka umur elektroda dan ballast akan berkurang. Perkiraan umur lampu TL didasarkan pada 3 jam penyalaan. Yang dimaksud adalah rentang waktu lampu menyala untuk satu kali penyalaan. Kemudian setelah dilakukan pola pengujian seperti ini maka lampu bisa menyala selama 20ribu jam. Perkiraan umur ini biasanya  ditampilkan pada bungkus lampu. Rumusan untuk umur lampu sbb [1]:
Umur lampu sesungguhnya =Perkiraan umur lampu x f(l) 
di mana, 
f(l) = 1.71 (1-exp[-(l/3.89)^0.505]) 
l = lama pengoperasian setiap penyalaan
bila l=6jam maka umur lampu sesungguhnya 24ribu jam
dan l=12jam maka umur lampu sesungguhnya 28ribu jam.
Dari rumus di atas juga bisa disimpulkan bila l lebih kecil dari 3jam maka akan mengurangi umur lampu sesungguhnya menjadi kurang dari 20jam.


Sedangkan pada lampu LHE bisa dilihat pada tabel di atas [2]. Kolom Ignition range atau rentang waktu lampu menyala untuk setiap penyalaan menunjukkan bahwa pada range 3 jam maka lifetime sebesar 100%. Dalam hal ini 100% dari umur LHE adalah 6000jam. Semakin cepat rentang waktu lampu menyala untuk satu kali dinyalakan maka umur lampu akan semakin pendek. Penyebabnya sama seperti lampu TL yaitu karena kerusakan pada elektroda dan ballast akibat arus start yang besar.
Gambar dibawah ini menunjukkan kerusakan lampu TL di lorong gedung akibat sering dimatikan/dinyalakan dengan sensor otomatis yang mendeteksi kehadiran orang. Dari jumlah yang ada, lebih dari separuh lampu TL rusak. Nampaknya bagian pengadaan juga sudah bosan untuk terlalu sering mengganti :)
Dengan penjelasan di atas maka telah jelas bahwa mematikan/menyalakan lampu terlalu sering tidak berarti selalu menghemat kantong. Meskipun tagihan listrik menjadi turun tapi umur lampu akan menjadi pendek. Oleh sebab itu perlu dioptimalkan antara mematikan lampu dan umur lampu.


Mudah-mudahan bermanfaat dan Selamat bekerja!

Referensi:
  1. "Economics of Switching Fluorescent Lamps" IEEE Transactions on Industry Applications Vol 24, No 3, May/June 1988
  2. M. F. da Silva, N. B. Chagas, J. de P. Lopes, M. E. Schlittler, A. R. Seidel, M. A. Dalla Costa and R. N. do Prado," Cost Comparison between Energy Consumption and Lifetime Depreciation for Different Compact Fluorescent Lamps Starting Scenarios," Induscon 2010.




No comments:

Post a Comment